• Institut Agama Islam Negeri Ternate Indonesia

Tetapkan Hari Jumat Sebagai Hari Edukasi Religius untuk Sivitas Akademika, Rektor IAIN Ternate: Mari Kita Memperkuat Dimensi Spiritual

Tetapkan Hari Jumat Sebagai Hari Edukasi Religius untuk Sivitas Akademika, Rektor IAIN Ternate: Mari Kita Memperkuat Dimensi Spiritual

 TERNATE – Setelah menetapkan hari jumat sebagai hari edukasi religius, rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate, Maluku Utara, Prof Radjiman Ismail bersama para unsur pimpinan dan sivitas akademika IAIN Ternate pada Jumat (19/9/2025) pagi resmi menggelar kegiatan edukasi religius. 

Kegiatan edukasi religius dipusatkan di masjid kampus IAIN Ternate, dan diikuti oleh seluruh tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, serta para santri Ma’had Al Jamiah IAIN Ternate. 

Untuk kegiatan edukasi religius perdana di bulan September ini, dosen program studi ilmu Alquran dan Tafsir (IAT) fakultas ushuluddin adab dan dakwah (FUAD) IAIN Ternate  Irfan, M.Th.I didapuk memberi kultum. 

Rektor IAIN Ternate Prof Radjiman Ismail saat membuka kegiatan edukasi religius mengatakan, dalam menjalani kehidupan sehari-hari harus menjaga keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani. 

Menurut dia, manusia terdiri dari dua unsur, yakni jasmani dan rohani. Dan dari kedua unsur inilah haruslah berimbang dalam kehidupan. Jasmani kata dia memerlukan makanan untuk dapat bertahan hidup, demikian pula rohani, harus selalu dipupuk agar tidak gersang. 

“Jadi, kita senantiasa memakmurkan masjid; baik melalui ibadah ritual maupun dengan kegiatan sosial keagamaan lainnya, agar memperkuat dimensi spiritual kita” ucapnya. 

“Mari kita satukan fikir dan langkah kita, untuk menguatkan spiritual kita dan mudah-mudahan dengan cara seperti ini mempertegas dakwah atau misi kita sebagai kampus yang berbasis agama Islam,” sambungnya. 

Soal memakmurkan masjid, mantan Dekan fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan (FTIK) IAIN Ternate itu menegaskan bahwa merupakan keharusan bagi umat Islam. Untuk itu, dia meminta kepada sivitas akademika agar tetap konsisten memakmurkan masjid di hari-hari kerja, maupun ketika berada di lingkungan masyarakat. 

“Oleh karena itu, saya berharap kepada kita semua harus konsisten memakmurkan masjid bersama mahasiwa,” pintanya. 

Radjiman menuturkan, dengan tetap menaruh perhatian untuk memakmurkan masjid, praktis dengan sendirinya menginspirasi orang lain untuk menjalankan ibadah ritual secara berjamaah. 

“Lebih baik kita memaksa orang untuk berbuat kebaikan, daripada kita membiarkan orang berbuat hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama,” tandasnya. 

Kegiatan edukasi religius perdana ini, dilanjutkan dengan kultum yang disampaikan oleh dosen FUAD Irfan, M.Th.I. 

Di hadapan sivitas akademika, pengasuh Ma’had Al Jamiah IAIN Ternate itu menyampaikan bahwa dalam kehidupan, setiap orang tidak bisa terhindar dari ujian. 

Allazi khalaqal-mauta wal-ḥayata liyabluwakum ayyukum aḥsanu 'amalā, wa huwal-'azizul-gafụr (Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun),” terang Irfan saat mengutip Q.S Al-Mulk ayat 2.

Wa nabluukum bisyarri wal khairi fitnatan (Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan,)  imbuh dia dengan Q.S Al-Anbiyaa’ ayat 35 

Dia menjelaskan, dalam kehidupan, Allah kerap menguji hamba-Nya, namun terkadang ditafsirkan bahwa ujian dari Allah SWT sebagai sesuatu yang buruk. Untuk itu, lanjut dia, patut diedukasi sehingga orang dapat memahami secara baik, agar tidak menilai negatif terhadap ujian dalam kehidupan. 

Selain itu, dia mengatakan bahwa untuk mengubah kondisi spiritual setiap orang harus membutuhkan waktu, kata dia, seperti yang dilakukan Rasulullah SAW saat berada di Madinah. 

“Rasulullah SAW saat mengubah Madinah itu juga butuh waktu, jadi kalau kita mau mengubah kondisi spiritual setiap orang juga membutuhkan waktu,” tuturnya. 

“Karena hal itu bukan persoalan mudah, seperti orang yang tidak pernah melaksanakan salat Dhuha, harus dipaksa salat dhuha dengan cara salat dhuha berjamaah, begitupun ketika orang malas sedekah, maka harus setiap bulan dimintai sedekahnya,” sambungnya. 

“itu cara memaksa orang untuk berbuat baik, tentu akan menghasilkan sebuah manfaat,” imbuhnya. 

Dia menambahkan, dalam menjalankan perintah agama, langkah paling tepat adalah memberi contoh keteladanan, daripada harus menjadi teladan. Karena menurut dia, menjadi teladan itu bukan suatu perkara yang mudah. 

“Seperti kita setiap saat berbicara tentang salat dan mengajak orang untuk salat, tetapi kita sendiri kerap mengabaikan salat berjamaah,” pungkasnya.